Rintik hujan membasuh dedaunan kemudian kembali ke tanah
yang jatuh
menjadi siklus
tahu tempat ia kembali
...
Bumi sedari tadi bergumam
yang patah akan kembali tumbuh
yang tumbuh akan kembali patah
lalu patah dan tumbuh
terus berlanjut
hingga waktu diam dalam takdir
Sedangkan aku masih cemas menghadapi semesta
...
Sungguh ia pernah menjadi satu-satunya
menuangkan ia dalam setiap doa malam bahkan tiap fajar menjelang
Konon, kita adalah kembar
Ya, mungkin
api yang saling membakar
tak ada teduh dalam titik temu
...
Meminta pengampunan atas segala kegaduhan yang kucipta dalam tenang
kekacauan yang kucipta dalam pembenahan
dari aku yang senantiasa menuangkan perasaannya hingga tumpah ruah
...
Ini hanya bualan, katamu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar